KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di indonesia yang memiliki pengaruh yang sangat besar di Nusantara dan Asia Tenggara.
Dengan kekuatan armada lautnya yang besar, Kerajaan Sriwijaya menaklukkan nusantara serta membentangkan pengaruhnya sampai sampai ke Thailand, Kamboja, semenanjung Malaya bahkan menjalin hubungan hingga ke India.
Asal Usul Kerajaan Sriwijaya
Menurut catatan sejarah, asal usul kerajaan Sriwijaya mulai berdiri sejak abad ke-7 Masehi.
Berdasarkan dari catatan seorang pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya, kerajaan ini telah berdiri pada tahun 671 yang dipimpin oleh seorang raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Nama Sriwijaya dalam bahasa Sansekerta berarti “Cahaya Kemenangan” yang diambil dari kata “Sri” yang berarti “cahaya”, dan “Wijaya” yang berarti “kemenangan”. Kerajaan ini adalah kerajaan yang menganut Agama buddha.
Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim
Banyak yang bertanya mengapa kerajaan Sriwijaya disebut kerajaan maritim?. Hal tersebut dikarenakan Kerajaan ini dalam sejarahnya di masa lampau dikenal memiliki kekuatan armada angkatan laut yang sangat tangguh.
Kehebatan armada laut kerajaan ini terbukti dapat menguasai jalur perdagangan laut di asia tenggara yang juga memperluas pengaruhnya di sekitar wilayah asia tenggara.
Itulah yang menyebabkan mengapa kerajaan Sriwijaya disebut kerajaan maritim.
Sistem Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
Sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya saat itu menganut sistem monarki dimana struktur pemerintahan dipimpin langsung oleh raja Sriwijaya.
Namun karena luasnya wilayah kekuasaan kerajaan maka kerajaan menganggap perlu untuk melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang ditaklukkannya.
Oleh karena itu raja akhirnya menempatkan utusan-utusannya di beberapa daerah taklukannya sebagai wakil raja pada daerah itu.
Wakil raja yang ditempatkan sebagai penguasa daerah tertentu biasanya adalah keturunan raja yang telah diambil sumpahnya untuk patuh kepada raja Sriwijaya.
Hal ini dapat dilihat pada prasasti peninggalan Sriwijaya yang berisi kutukan bagi anggota keluarga kerajaan yang melakukan penghianatan.
Prasasti tersebut juga menjadi sebuah bentuk penegasan oleh raja kepada setiap penguasa daerah untuk tetap tunduk kepada sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
Selain itu, kontrol terhadap kekuasaan dalam sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya juga dilakukan melalui jalan militer.
Yaitu dengan melakukan pengerahan pasukan apabila diketahui ada penguasa wilayah yang tidak patuh terhadap raja.
Selain melakukan pengawasan terhadap wilayah kerajaan. Raja Sriwijaya juga membangun hubungan diplomasi dengan kerajaan kerajaan besar di negara tetangga.
Salah satu negara yang memiliki hubungan diplomasi dengan Sriwijaya adalah kekaisaran Tiongkok.
Diplomasi dengan Kekaisaran Tiongkok dilakukan dengan mengirim utusan utusan ke kerajaan Tiongkok dan Campa yaitu pada tahun 713 M, 960 M, 962 M, dan 983 M.
Pada tahun 992 M, kerajaan ini mendapatkan serangan dari jawa sehingga utusan kerajaan Sriwijaya yang sedang berkunjung saat itu meminta bantuan kepada Kaisar Tiongkok.
Selain dengan Tiongkok, raja Sriwijaya juga menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan-kerajaan yang ada di India. Seperti kerajaan Pala, dan kerajaan Cholamandala yang berada di pantai timur india selatan.
Hubungan kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan Pala terjalin dengan sangat baik khususnya hubungan dalam bidang budaya dan keagamaan sebab kedua kerajaan ini menganut kepercayaan Buddha.
Hubungan kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan Pala terjalin dengan sangat baik khususnya hubungan dalam bidang budaya dan keagamaan sebab kedua kerajaan ini menganut kepercayaan Buddha.
Dari gambaran diplomasi tersebut tergambar jelas bahwa raja Sriwijaya juga menggunakan sistem diplomasi.
Diplomasi banyak dilakukan oleh raja Sriwijaya untuk mendapatkan dukungan dalam rangka memperkuat kedudukannya di dalam sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya sebagai raja.
Selain itu diplomasi juga dilakukan untuk meminimalisir bahaya serangan yang terjadi dari luar yang dapat mengancam sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya saat itu. Seperti saat terjadi serangan dari kerajaan Jawa.
Raja yang Memerintah Kerajaan Sriwijaya
Dalam perjalanannya, Sriwijaya mengalami beberapa periode pergantian kepemimpinan.
Berikut beberapa raja yang memerintah kerajaan Sriwijaya yang tercatat dalam sejarah:
Raja Dapunta Hyang Srijayasana (prasasti Kedukan Bukit dan prasasti Talang Tuwo)
Pada masa pemerintahan raja Dapunta Hyang, kerajan Sriwijaya telah berhasil melakukan perluasan wilayah sampai ke daerah Jambi. Raja Dapunta Hyang juga lah yang menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
Raja Dharmasetu
Diawah kendali raja Dharmasetu, kerajaan Sriwijaya semakin berkembang hingga mencapai wilayah semenanjung malaya.
Selain itu raja Dahrmasetu juga berperan besar dalam memperkuat arus pedagangan ke Sriwijaya sehingga setiap kapal yang baik dari Cina maupun dari India selalu berlabu di pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya.
Raja BalaPuutradewa
Raja Balaputradewa memegang kendali kerajaan sekitar abad ke-9.
Pada masa pemerintahannya lah kerajaan Sriwijaya mencapai puncak keemasannya yaitu menjadi sebuah kerajaan yang besar termasuk menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara.
Raja Sri Sudamaniwarmadewa
Raja Sanggarama Wijayatungga Warman
Masa Masa Kejayaan Sriwijaya
Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya mencapai puncaknya ketika berada dibawah kepemimpinan raja Balaputradewa.
Dibawah kekuasaannya kerajaan ini mampu memperluas wilayahnya hingga mencakup hampir seluruh pulau sumatra, daerah kalimantan barat, bagian jawa barat dan semenanjung melayu.
Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga semakin mengokohkan dirinya sebagai kerajaan dengan kekuatan maritim yang sangat tangguh, menjadi pusat perkembangan agama Buddha, serta menjadikan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Hubungan kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan Cholamandala yang awalnya sangat baik, akhirnya berubah menjadi permusuhan akibat persaingan di bidang pelayaran dan perdagangan.
Pada tahun 1006 M dan 1007 M, Kerajaan Sriwijaya mendapatkan serangan dari kerajaan Cholamandala yang akhirnya merebut kota-kota dan bandar-bandar strategis milik kerajaan Sriwijaya.
Bahkan raja Sanggrama Wijayatunggawarman juga akhirnya ikut ditawan oleh mereka namun akhirnya kembali dibebaskan.
Meskipun serangan yang dilakukan oleh kerajaan Chola tdak mengakibatkan kehancuran pada kerajaan Sriwijaya, akan tetapi hal tersebut akhirnya melemahkan kekuatan kerajaan.
Kondisi kerajaan yang lemah saat itu membuka peluang bagi kerajaan di Jawa Timur yang dipimpin oleh Airlangga berhasil menyusun dan memperkuat kekuatan perangnya.
Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran pada akhir abad ke-13. Akibat pergolakan politik yang sangat kuat serta permasalahan ekonomi.
Kedudukan kerajaan Sriwijaya semakin terdesak akibat munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga igin mengabil andil dalam arus perdagangan di selat malaka.
Kerajaan Siam di Sebelah Utara berhasil merebut daerah kekuasaan sriwijaya di semenanjung malakan serta di sebelah timur pasukan Sriwijaya terdesak oleh kerajaan Singosari yang semakin kuat melakukan ekspedisi ke arah barat.
Dari kondisi-kondisi tersebut akhirnya kerajaan Sriwijaya semakin tersudut dan menjadi kerajaan kecil dengan wilayah yang terbatas di wilayah palembang yang akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit yang sedang melakukan Ekspansi besar-besaran.
PENINGGALAN KERAJAAN SRIWIJAYA
Besarnya kerajaan ini dapat dilihat dari prasasti-prasasti peninggalannya yang ditemukan tersebar di seantero nusantara, bahkan ada yang ditemukan di wilayah Malaysia dan India selatan.
Prasasti-prasasti tersebut memberikan gambaran tentang kondisi kerajaan yang berkembang hingga abad ke-14 dan merupakan simbol kebesaran sumatra.
Meskipun letak pasti kerajaan ini masih dalam perdebatan para peneliti sejarah, Namun dari peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berhasil di temukan dapat membuktikan secara nyata akan kejayaan dan besarnya pengaruh kerajaan ini di masa silam.
prasasti kerajaan sriwijaya
Berikut beberapa prasasti kerajaan Sriwijaya yang berhasil ditemukan:
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan bukit ditemukan di kampung Kedukan Bukit, Sumatra Selatan. Berbentuk batu berukuran 45 x 80 Cm ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa.
Prasasti Karang Berahi
Prasasati Karang Berahi Ditemukan pada tahun 1904 di daerah Batang Merangin Dusun Batu Besurut, Desa Karang Berangin – Jambi.
Isi prasasti mirip dengan prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu yaitu kutukan bagi mereka yang tidak tunduk dan setia pada sang raja.
Prasasti Palas Pasemah
Prasasti palas pesamah ditemukan di daerah palas pesama di tepian sungai pisang daerah lampung.
Prasasti ini ditulis dengan menggunakan aksara Plaawa menggunakan bahasa Melayu kuno. prasasti ini diperkirakan dibuat di abad ke-7 masehi.
Prasasti ini berisi kutukan bagi siapa saja yang melawan raja.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di dekat kolam Telaga Biru, Ilir Timur kota Palembang pada tahun 1935.
Prasasti ini diukir diatas batu yang telah berbentuk prasasti dengan ukuran tingg 118 cm dan lebar 148 cm.
Dibagian atas prasasti terdapat ukiran kepala ular kobra berjumlah 7 ekor dan pada bagian bawahnya terdapat pancuran yang mengalirkan air.
tulisan yang digunakan adalah aksara Pallawa dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota kapur ditemukan di pesisir barat pulau bangka di sebuah dusun kecil bernama “Kota Kapur”.
Penulisannya menggunakan aksara Pallawa dengan menggunakan bahasa melayu kuno.
Prasasti ini di pahat pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi banyak.
Prasasti ini berisi ancaman atau kutukan bagi orang yang memberontak, melawan kerajaan, menghasut orang untuk melakukan pemberontakan dll. Dan juga berisi doa bagi orang yang patuh pada kerajaan.
Sumber : http://toriolo.com/kerajaan-sriwijaya/
Makasi ka, bermanfaat banget isi blognya👍
BalasHapusSangat bermanfaat 👍
BalasHapusBagusss...... sangat bermanfaat...
BalasHapusbagus
BalasHapus